Selasa, 22 November 2011

denting jiwa

Pasti kau ingat akan deting suara ini,
Berdenting bergema dan menari diembun-embun
Pasti kau ingat akan suara alunan ini.
Yang mengalun pelan di permukaan sungai kecil.
Pasti kau ingat akan semua lara ini.
Masih hangat, seperti bara sekam yang kita sulut saat hujan datang menusuk tulang.

Seperti alunan yang abadi yang bermain didalam fikirmu. Saat ada kekasih disisimu
Seperti alunan yang menjejalkan kesedihan,
Meneteskan airmata.
Dan menjeritkan sedihmu,
Seperti itulah musik hatiku ini.
Yang kumainkan, dari do ke re, ke fa dan sol, kembali ke do
yang gesekannya kutitipkan pada biola.
Yang dentingnya pada piano,.
Dan sebagian pada harpa.
Berharap kau mampu mendengarkan suara itu.
Seperti itulah lagu yang kunyanyikan saat mentari tergelincir dari singgasananya,
Seperti itulah musik yang kumainkan di tengah malam.
Dengarkan dengan hatimu, betapa malam diam mendengarkan
Betapa alam menghayatinya.
Betapa semua itu begitu menyiksa.

Yang kumainkan, pada nada, ketujuh dan turun ke tiga untuk naik 1 kres.
Agar kau bisa mendengarkan dikala subuh datang.
Namun engkau hanyalah insan yang tuli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...