Senin, 14 November 2011

MOney BOy ouch,,, sorry im not.

Dari segi penampilan aku biasa aja. G' cakep g manis, g imut g bangets,. biasa aja. Kebetulan hari itu aku duduk duduk sendirian di "moca" sendirian aja, karna dulu aku biasa duduk disini dengan bf ku yang sekarang dakh jadi suami orang, (hahahaha,) jadi sekarang sendiri aja. Moca with black cofe adalah minuman favoritku di sini, sebenarnya sekh tu minuman g ada di daftar menu, tapi karna pinter ngelobi akhirnya bagian dapur membuatkan minuman sesuai dengan petunjukku, plus sepotong brownis selalu menemaniku duduk di moca. 
Kebetulan hari ini malam minggu, jadi pengunjung agak rame dibandingkan biasanya. Aku duduk di beranda yang menghadap ke laut, sesekali terdengar suara angin laut yang bersemilir, mearik nafas panjang. Sering bangets, Karna gimanapun meja ini adalah temapt favorit kami dulu untuk menghabiskan akhir pekan. 
Aku jadi teringat akan nasehat-nasehat dia, teringat petuah terahir dia sebelum dia meminta maaf meninggalkanku untuk menikah. yah, itu masa lalu, diingatpun masa depan tidak akan berubah. Di beranda ini musik hiruk pikuk di dalam agak teredam dengan ributnya ombak. Sambil asik-asiknya ngelamun, seorang pria dengan penampilan klimis, (standar, dari penampilannya aku udah tahu bagaimana tipe orang ini, dan tipe pasangan yang dia suka) 
" boleh duduk " ujarnya padaku. 
Dengan berlagak kaget, aku celingukan memperhatikan tempat yang lain, siapa tahu masih ada yang kosong (sebenernya banyak sih yang kursinya masih kosong,) Dengan mengankat bahu dan sedikit mengangguk aku mempersilahkan pria berpenampilan klimis untuk ikutan di mejaku, 
"sendirian aja, ato lagi nunggu temen?" tanya si pria setelah duduk,. 

"Emang sendiri aja, tapi karna bapak dakh ikutan duduk disini, jadi berdua" ujarku sekenanya. 

Si pria dengan sok akrab mengajak ngobrol, mulai dari pertanyaan-pertanyaan standar sampai ke hal-hal yang cukup tidak menyenangkan untuk di jawab. 
Si pria dengan agak angkuhnya menceritakan tentang karir dia dan segala tentangnya, tentang kisah cintanya dengan anak kuliahan yang kandas ditengah jalan, dan lain sebagainya. Aku hanya sesekali menimpali celotehannya. 
Aku dakh tahu maksud si pria klimis ini, yah, dia mengajakku untuk saling mengenal lebih dekat dengan mengajakku untuk ikut ke rumah dia dan cari makan di suatu tempat. 
Dengan halus aku menolaknya, rupanya, si pria ini adalah laki-laki berpengalaman yang sangat lihai memainkan kata-kata rayuan, melena-lenakan hati dengan pujian-pujian.<<< prasaan aku ni jelek bangets, ni orang lagi patah selera atau gimana >>> batinku,
Mungkin si pria ini sudah kehabisan akal, karna aku tetep dingin dan cuek, sampai-sampai dia mengajukan pertanyaan, yang urgen, "kamu ini gay apa bukan sebenarnya" tanya si pria, 
Aku hanya menjawab dengan mengangkat bahuku. dan mengalihkan pandanganku ke HP butut ku untuk sms-an dengan temen-temenku. 
Dengan sopan aku undur diri, untuk keluar karna g nyaman bgt dekat pria yang sedang naik libido, dia memegang tanganku dan minta nomor HP, 

Entah kenapa, si pria itu sangat ngebet sama orang jelek macam aku, dari segi bentuk tubuh, aku malah nge-hek bangetsm, g nyeklera, dari wajah, aku g cakep sama sekali, dari segi pakaian, pakaiankku asalan aja, cuma pakai kaus celana selutut doang, apa yang menarik.
Alasanku untuk menghindar dari pria-pria seumuran dia (dia ngaku berumur 35-an.) yang udah mapan, dan udah punya keluarga adalah, Kebanyakan pria-pria seumuran ini memposisikan cowok seumuranku seperti moneboy yang di biayai di kasih ini itu dan kudu nurut apa maunya dia. Sorry, walau aku gembel aku g mau seperti itu, aku lebih suka menjani hubungan yang biasa aja, take and give aja tanpa ada yang mendominasi yang lain. Berdasarkan cinta bukan sesuatu yang fana. 
pengalaman buat yang lain, be carefull, hehehe/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...